Banyak yang menganggap remeh Ninja 250R dari Indramayu ini. Terjadi saat berlangsungnya jambore Ninja yang juga menggelar contezt modifikasi pada minggu lalu di Bekasi.
Disepelekan pasalnya sang modifikator belum punya nama besar dan juga datang dari daerah. Tapi, apa yang terjadi, ini dia motor yang dinilai layak menyandang predikat terbaik. Tentu saja banyak yang kaget.
Namun jika diperhatikan secara detail, rasanya memang layak. Bentuk bodi baru yang secara dimensi dan desain pas untuk sebuah Ninja 250R. Ibarat baju, tidak kekecilan dan juga tidak kedodoran.
"Sebenarnya pakai bodi yang sudah diproduksi oleh Lent Modified dari Probolinggo, tapi kemudian dicustom lagi dengan detail yang saya pilih sendiri," kata Lusep Sugiharto, modifikator dari bengkel IQ yang dikomandani Frendy Budiman from Cirebon.
Lusep dengan gentle mengaku kalau dia belum terlalu mahir membuat bodi fiberglass dari awal. "Saya menambah aksen sporty dengan memberikan semacam sirip di fairing," katanya jujur. Jarang nih ada modifikator berani jujur seperti ini. Dengan adanya sirip seperti ini, aura racing Ninja jadi lebih keluar.
Selain itu Lusep juga melakukan ubahan pada bagian depan. Khususnya seputar lampu utama. "Dibuat lebih sipit, itu yang membuat harmonisasi dengan buntut runcing dan tipis," kata modifikator berkacamata itu lagi. Artinya depan dan belakang jadi sama.
Disepelekan pasalnya sang modifikator belum punya nama besar dan juga datang dari daerah. Tapi, apa yang terjadi, ini dia motor yang dinilai layak menyandang predikat terbaik. Tentu saja banyak yang kaget.
Namun jika diperhatikan secara detail, rasanya memang layak. Bentuk bodi baru yang secara dimensi dan desain pas untuk sebuah Ninja 250R. Ibarat baju, tidak kekecilan dan juga tidak kedodoran.
"Sebenarnya pakai bodi yang sudah diproduksi oleh Lent Modified dari Probolinggo, tapi kemudian dicustom lagi dengan detail yang saya pilih sendiri," kata Lusep Sugiharto, modifikator dari bengkel IQ yang dikomandani Frendy Budiman from Cirebon.
Lusep dengan gentle mengaku kalau dia belum terlalu mahir membuat bodi fiberglass dari awal. "Saya menambah aksen sporty dengan memberikan semacam sirip di fairing," katanya jujur. Jarang nih ada modifikator berani jujur seperti ini. Dengan adanya sirip seperti ini, aura racing Ninja jadi lebih keluar.
Selain itu Lusep juga melakukan ubahan pada bagian depan. Khususnya seputar lampu utama. "Dibuat lebih sipit, itu yang membuat harmonisasi dengan buntut runcing dan tipis," kata modifikator berkacamata itu lagi. Artinya depan dan belakang jadi sama.
Di sektor lampu, Lusep masih tetap pakai lampu aslinya. "Sementara untuk visor diubah sedikit. Menyesuaikan dengan pandangan saat riding," katanya sambil bilang kalau itu karena posisi setang tidak mau dibuat terlalu rendah seperti umumnya dilakukan pada modifikasi Ninja 250R.
Seluruh bodi yang juga berkesan futuristik ini akhirnya diberi finishing airbrush. "Hal itu untuk menunjukkan keseriusan dan keberanian si pemiliknya. Kalau stiker rasanya kurang total," tambah Lusep tentang motor milik Dede yang warga Indramayu ini.
Airbrush grafis hitam, merah dan putih memang pilihan pasa. Juga cocok dengan motor yang mempunyai aura kencang dan tidak terkalahkan ini.
Airbrush grafis hitam, merah dan putih memang pilihan pasa. Juga cocok dengan motor yang mempunyai aura kencang dan tidak terkalahkan ini.
Ciatttt...
SOK STANDAR VS ARM MOGE
Urusan kaki-kaki, Lusep tetap lebih percaya menggunakan limbah moge (motor gede). "Sebab secara dimensi banyak pilihan, selain itu materialnya lebih terpercaya karena buatan pabrik," kata pria yang ngebengkel di ruko Cirebon Bisnis Center, Blok F1, Jl. Tuparev, Cirebon.
Tapi, Lusep juga punya perhitungan teknis yang diterapkan di sini. Misalnya untuk monosok yang masih tetap pakai bawaan Ninja. "Karena bodi tidak terlalu banyak dirombak dan tidak tambah berat, maka pakai tetap pakai sok asli aja. Juga bisa menekan biaya modifikasi," kekehnya.
Tapi, tentu saja harus ada penyesuaian saat dipasang ke arm CBR600. "Tinggal mengubah sudut elevasi di unitrack. Tinggal atur ulang dudukan sok yang ada arm di arm," sebut builder yang jebolan Yamaha Enginering School ini.
Tapi, Lusep juga punya perhitungan teknis yang diterapkan di sini. Misalnya untuk monosok yang masih tetap pakai bawaan Ninja. "Karena bodi tidak terlalu banyak dirombak dan tidak tambah berat, maka pakai tetap pakai sok asli aja. Juga bisa menekan biaya modifikasi," kekehnya.
Tapi, tentu saja harus ada penyesuaian saat dipasang ke arm CBR600. "Tinggal mengubah sudut elevasi di unitrack. Tinggal atur ulang dudukan sok yang ada arm di arm," sebut builder yang jebolan Yamaha Enginering School ini.
(motorplus-online.com)
No comments:
Post a Comment