Bukan cuma paling kencang di kelas matik 300 cc, juga paling ngacir di semua kelas yang diadakan. “Ini bisa dibilang rekor,” senang Tomo yang bos TSS dari Jl. Bendungan Jago Raya No. 6, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Padahal menurut Tomo, besutannya itu hanya 294 cc. Tapi, bisa mengalahkan catatan waktu peserta di kelas FFA 350. Kata Tomo, mesin bikinan mekanik Thailand ini menggunakan piston LHK diame-ter 66 mm. Dan biar torsi enggak lemes, stroke naik jadi 86 mm. Itu setelah pen kruk as maju 14 mm.
“Penyesuain boring bukan cuma diganti lebih panjang. Bagian bawah blok silinder diganjal paking aluminium 3,5 cm. Dan mengganti baut pegangan blok mesin jadi lebih panjang,” lanjut Tomo.
Kini bisa dihitung, sehingga kapasitas mesin bisa diketahui. Menggunakan rumus volume silinder, dari diameter 66 mm dan stroke 86 mm jadinya 294 cc.
Sedangkan ubahan yang dilakukan pada head silinder juga mirip seperti dilakukan mekanik umumnya. Pakai klep punya lingkar payung 34 mm (in) dan 30 mm (out) batang 5,5 mm merek EE5.
Karena joki masih anak-anak, kem tidak terlalu ekstrem. “Diseting putaran bawah tidak terlalu galak, tapi di rpm atas bisa lebih ketangguhan,” jelas Tomo.
Suplai bahan bakar juga sederhana. “Seperti ketika bertarung di Bekasi kemarin, menggunakan karbu Keihin 28 yang direamer jadi 32 mm. Lalu pakai main-jet 135 dan pilot-jet 45,” urai Tomo yang berkacamata itu.
Sedangkan ubahan yang dilakukan pada head silinder juga mirip seperti dilakukan mekanik umumnya. Pakai klep punya lingkar payung 34 mm (in) dan 30 mm (out) batang 5,5 mm merek EE5.
Karena joki masih anak-anak, kem tidak terlalu ekstrem. “Diseting putaran bawah tidak terlalu galak, tapi di rpm atas bisa lebih ketangguhan,” jelas Tomo.
Suplai bahan bakar juga sederhana. “Seperti ketika bertarung di Bekasi kemarin, menggunakan karbu Keihin 28 yang direamer jadi 32 mm. Lalu pakai main-jet 135 dan pilot-jet 45,” urai Tomo yang berkacamata itu.
No comments:
Post a Comment